Setelah lama ditunggu-tunggu, pesawat jet regional Mitsubishi MRJ kembali batal dikirimkan. Bahkan kemungkinan para pemesan harus lebih lama gigit jari menunggu dalam ketidakpastian.
Mitsubishi Aircraft Corp memundurkan kembali rencana pengiriman pertama jet regional dari kuartal kedua 2017sekitar satu tahun lagi. Artinya, para pemesan jet komersial penumpang pertama Jepang dalam 50 tahun terakhir itu, baru bakal menerima pengiriman pesawat paling cepat pada kuartal kedua 2018.
Pengumuman tersebut datang sekitar satu bulan setelah penerbangan pertama MRJ pada November 2015. Mitsubishi mengatakan tes penerbangan pertama mengonfirmasi “karakteristik dasar pesawat yang cukup memuaskan,” tapi diakui masih terdapat sejumlah kekurangan tanpa disebutkan lebih lanjut.
Dalam sebuah konferensi pers di Nagoya, Jepang, Presiden Mitsubishi Aircraft Hiromichi Morimoto lebih lanjut menjelaskan jet regional itu telah lulus tes kekuatan untuk penggunaan normal. Namun menurut artikel Seattle Time, pemunduran waktu pengiriman itu disebabkan kekhawatiran jet tersebut belum akan lulus tes sertifikasi.
Mitsubishi telah menerima lebih dari 400 pesanan pesawat MRJ, dengan separuh jumlah pesanan itu datang dari maskapai penerbangan regional asal AS, SkyWest.
“Kami meningkatkan kekuatan dalam rangka meningkatkan tingkat keamanan,” kata Nobuo Kishi, wakil presiden eksekutif senior Mitsubishi Aircraft seperti dikutip the Wall Street Journal, akhir Desember 2015 lalu. “Kami mengakui kami kurang pengalaman setelah jeda 50 tahun.”
Dengan mempertimbangkan kompetisi di tingkat jet regional lainnya seperti Bombardier C Series terbaru dan Embraer E-Jets, keterlambatan MRJ ini bakal menempatkan mereka pada kerugian di pasar. Apalagi produsen pesawat BUMN Tiongkok, Comac, pada awal 2016 ini sudah mulai mengirimkan pesawat Comac ARJ21-700 kepada pemesannya yang mayoritas maskapai operator penerbangan regional di Tiongkok.
Mitsubishi memulai pengembangan jet MRJ sejak 2008. Saat itu, diperkirakan pesawat tersebut bisa segera masuk layanan komersial pada awal 2013. Sejak itu, telah terjadi setidaknya empat penundaan besar hingga terakhir penundaan pada pengujung 2015 ini.