Rusaknya hubungan Kiev dengan Moskow memaksa, Antonov mencari negara barat yang mampu menyuntikkan teknologi dan suku cadang ke pesawat raksasa An-124 Condor dan An-225 Mriya yang saat ini masih dibangun.
Jika terlaksana maka pesawat raksasa yang dibangun di bawah filosofi desain raksasa akan menjadi campuran dari teknologi Barat dan Timur.
Melakukan hal ini akan meringankan masalah suku cadang yang sekarang jadi persoalan rumit karena sebagaian teknologi pesawat itu dibangun di Rusia. Bukan itu saja, bergesernya ke barat akan membuka pasar baru bagi pnjualan Condor. Dengan kemampuannya yang tidak tertandingi dalam mengangkut kargo, pesawat ini masih memiliki permintaan tinggi.
Sebuah keberhasilan yang sangat terlihat dari akhir Perang Dingin adalah re-tooling dari sebagian besar airlifters Uni Soviet untuk tujuan sipil dan militer karena anggaran yang terus menyusut. Tidak terkecuali An-124 Â yang bekerja keras memasok kargo dalam jumlah besar ketika perang di Afghanistan.
Sekarang raksasa ini dapat membawa mesin jet ke Boeing, membawa kapal selam, roket dan melakukan pekerjaan seperti mengangkut helikopter Royal Army ke El Centro ke pangkalan udara angkatan laut untuk pelatihan.
Perusahaan Rusia Volga-Dpner dan Polet Cargo mengoperasikan An-124 untuk pesawat carter, tetapi setelah Rusia mengubah posisi geopolitik, operasional pesawat carter ini bisa dalam bahaya. Angkatan Udara Rusia masih menggunakan pesawat angkut berat ini dan masih memiliki sekitar 15 jet yang beroperasi secara teratur dan sebagian dalam penyimpanan. Baru-baru ini, armada An-124 Rusia sangat penting untuk menjadi “jembatan udara” antara Rusia dan Suriah dengan memasok kargo yang sangat besar.
Antonov Airlines Ukraina mengoperasikan tujuh An-124. Sayangnya, ketika produksi An-124 tambahan sedang dijalankan, Rusia menginvasi Crimea yang menjadi pemicu rusaknya hubungan antara Ukraina dan Rusia. Seperti sektor bisnis Ukraina lainnya masih terjalin dengan Rusia, Antonov juga mengalami hal serupa. Mereka masih tergantung pada Rusia. Selain itu program pembangunan An-225 yang akan lebih besar dari An-124 juga tidak bisa dilanjutkan karena Rusia menarik diri dari program tersebut.